Konversi Kayu Gergajian terhadap Ukuran Jadi
Jika anda ingin membuat beberapa buah kusen dan pintu untuk rumah baru, berapa kubik kayu balok yang perlu anda beli? Atau ketika akan memproduksi beberapa buah kursi makan, berapa kubik kayu gergajian yang perlu disediakan?
Sama halnya dengan konversi kayu log terhadap kayu gergajian, tidak 100% kayu yang kita beli bisa diolah menjadi barang ataupun ukuran jadi.
Waste atau kayu terbuang akan selalu ada pada sebuah proses produksi, namun bagaimana kita mengolah kayu dengan bijak sehingga waste tersebut bisa diminimalkan adalah sebuah prestasi tersendiri terutama dalam rangka efisiensi produksi. Secara global biaya produksi untuk material utama kayu sebesar 60-75% dari keseluruhan cost, oleh karena itu dengan menghemat pemakaian bahan dasar kayu secara baik akan memberikan kita keuntungan yang cukup besar.
Kita lihat ilustrasi berikut pada gambar:
Balok pertama (panjang 1 meter) pada saat sebelum diserut/diketam berukuran 35 x 65mm (volume 0.002275 m3). Untuk mendapatkan permukaan halus pengetaman akan memakan +/- 2-3 mm ketebalan pada setiap sisi pengetaman. Begitu pula pada sisi lebarnya. Sehingga setelah diketam menjadi ukuran 29 x 59 mm, volume kayu menjadi 0.001711 m3.
Kubikasi tersebut setelah dikonversikan terlihat menyusut sebesar 25%, artinya volume awal berkurang dan tersisa hanya 75% nya saja. Konversi ini hanya pada sisi lebar dan tebal. Mari kita lihat pada sisi panjang.
Pada balok dengan panjang 1 meter, untuk dipotong dengan halus dan rapi akan membutuhkan minimal 20 mm pada setiap sisi panjangnya, itupun jika tidak terdapat cacat mata kayu atau retak/pecah. Kita anggap satu sisi panjang berkualitas baik sehingga hanya diptong sepanjang 20 mm, dan sisi lainnya terdapat retak hingga harus dipotong sepanjang 50 mm. Setelah dipotong 20 + 50 mm pada setiap ujung, panjang balok tinggal 930 mm. Untuk itu volume akhir yang digunakan adalah 0.001711 x 93% = 0.001591 m3.
Hasil konversi akhir adalah 0.001591/0.002275 m3 = 57%
Dari 100% volume kayu awal, 43% nya telah menjadi serbuk kayu, debu dan potongan yang tidak bisa digunakan.
Yang lebih menarik lagi dengan mengetahui hal ini adalah apabila kita konversikan dari Log ke ukuran jadi.
Pada artikel sebelumnya tentang konversi log terhadap kayu gergajian adalah sekitar 58%, dan konversi dari kayu gergajian ke ukuran jadi adalah 57% (ingat, konversi tersebut akan sangat bervariatif tergantung jenis kayu, ukuran log, metode pengerjaan dan hasil akhir yang diinginkan.
1 m3 log --> 0.58 m3 kayu gergajian
1 m3 kayu gergajian --> 0.57 m3 ukuran jadi, sehingga:
1 m3 log --> 0.58 m3 kayu gergajian --> (0.58 x 0.57) = 0.33 m3.
Pada praktek pengerjaan yang sebenarnya. konversi log terhadap ukuran jadi adalah antara 20% - 35%. Sangat sulit untuk mendapatkan rendemen di atas 35%. Berikut ini beberapa contoh dan rendemen dari beberapa jenis kayu:
Jati kelas 1 (tanpa mata, tanpa putih): 20-27%
Jati kelas 2 (ada mata, tanpa putih): 25-29%
Akasia (tanpa putih): 23-28%
Keruing: 30-35%
Artikel terkait:
Menentukan Ukuran Kayu Gergajian
Sama halnya dengan konversi kayu log terhadap kayu gergajian, tidak 100% kayu yang kita beli bisa diolah menjadi barang ataupun ukuran jadi.
Waste atau kayu terbuang akan selalu ada pada sebuah proses produksi, namun bagaimana kita mengolah kayu dengan bijak sehingga waste tersebut bisa diminimalkan adalah sebuah prestasi tersendiri terutama dalam rangka efisiensi produksi. Secara global biaya produksi untuk material utama kayu sebesar 60-75% dari keseluruhan cost, oleh karena itu dengan menghemat pemakaian bahan dasar kayu secara baik akan memberikan kita keuntungan yang cukup besar.
Kita lihat ilustrasi berikut pada gambar:
Balok pertama (panjang 1 meter) pada saat sebelum diserut/diketam berukuran 35 x 65mm (volume 0.002275 m3). Untuk mendapatkan permukaan halus pengetaman akan memakan +/- 2-3 mm ketebalan pada setiap sisi pengetaman. Begitu pula pada sisi lebarnya. Sehingga setelah diketam menjadi ukuran 29 x 59 mm, volume kayu menjadi 0.001711 m3.
Kubikasi tersebut setelah dikonversikan terlihat menyusut sebesar 25%, artinya volume awal berkurang dan tersisa hanya 75% nya saja. Konversi ini hanya pada sisi lebar dan tebal. Mari kita lihat pada sisi panjang.
Pada balok dengan panjang 1 meter, untuk dipotong dengan halus dan rapi akan membutuhkan minimal 20 mm pada setiap sisi panjangnya, itupun jika tidak terdapat cacat mata kayu atau retak/pecah. Kita anggap satu sisi panjang berkualitas baik sehingga hanya diptong sepanjang 20 mm, dan sisi lainnya terdapat retak hingga harus dipotong sepanjang 50 mm. Setelah dipotong 20 + 50 mm pada setiap ujung, panjang balok tinggal 930 mm. Untuk itu volume akhir yang digunakan adalah 0.001711 x 93% = 0.001591 m3.
Hasil konversi akhir adalah 0.001591/0.002275 m3 = 57%
Dari 100% volume kayu awal, 43% nya telah menjadi serbuk kayu, debu dan potongan yang tidak bisa digunakan.
Yang lebih menarik lagi dengan mengetahui hal ini adalah apabila kita konversikan dari Log ke ukuran jadi.
Pada artikel sebelumnya tentang konversi log terhadap kayu gergajian adalah sekitar 58%, dan konversi dari kayu gergajian ke ukuran jadi adalah 57% (ingat, konversi tersebut akan sangat bervariatif tergantung jenis kayu, ukuran log, metode pengerjaan dan hasil akhir yang diinginkan.
1 m3 log --> 0.58 m3 kayu gergajian
1 m3 kayu gergajian --> 0.57 m3 ukuran jadi, sehingga:
1 m3 log --> 0.58 m3 kayu gergajian --> (0.58 x 0.57) = 0.33 m3.
Pada praktek pengerjaan yang sebenarnya. konversi log terhadap ukuran jadi adalah antara 20% - 35%. Sangat sulit untuk mendapatkan rendemen di atas 35%. Berikut ini beberapa contoh dan rendemen dari beberapa jenis kayu:
Jati kelas 1 (tanpa mata, tanpa putih): 20-27%
Jati kelas 2 (ada mata, tanpa putih): 25-29%
Akasia (tanpa putih): 23-28%
Keruing: 30-35%
Artikel terkait:
Menentukan Ukuran Kayu Gergajian