Beberapa Penjelasan Dasar Seputar Audit Pabrik Kayu
Sebagian besar perusahaan ritel di Eropa, Amerika dan Australia biasanya mengharuskan pabrik pemasok mereka untuk diaudit sebelum memulai sebuah kesepakatan bisnis atau sebelum menerima order.
Tujuannya adalah untuk mengenal lebih detil situasi di pabrik kayu di dalam kapasitas dan kemampuannya untuk memproduksi barang yang akan dibeli, baik dari segi finansial, kemampuan teknis, legalitas pabrik, kesehatan & keselamatan pekerja, hingga keseriusan pabrik kayu dalam hal kepedulian lingkungan di sekitarnya. Audit bisa saja dilakukan oleh tim kerja peritel atau auditor pihak ketiga yang memiliki pengetahuan dan pengalaman tertentu. Audit dilaksanakan dalam beberapa tahap atau pada waktu yang berbeda sesuai jenis pemeriksaan yang akan dilakukan. Prioritas utama biasanya meliput audit teknis yang baru kemudian dilanjutkan dengan audit sosial atau lingkungan, tergantung dari kebutuhan peritel.
Audit Teknis (Technical Audit)
Fokus pada kemampuan teknis sebuah pabrik, luas tanah atau bangunan produksi, jenis peralatan dan mesin yang tersedia, kemajuan teknologi yang digunakan, pengalaman para pekerja dalam proses produksi, kualitas barang produksi, perawatan mesin-mesin, dan aspek teknis lainnya yang berakibat langsung terhadap kualitas barang.
Audit Sosial (Social Condition)
Auditor akan fokus melakukan pemeriksaan kondisi sosial terutama para buruh dan karyawan di dalam pabrik meliputi manajemen SDM, tata cara pembayaran gaji dan uang lembur, kebebasan berpendapat atau serikat pekerja, keselamatan kerja di dalam lingkungan pabrik, pemeliharaan kesehatan para karyawan termasuk tata cara pencegahannya, asrama karyawan (jika tersedia), dan lainnya.
Dua jenis audit di atas adalah permintaan minimal dari para peritel. Beberapa perusahaan, terutama skala menengah ke bawah biasanya akan menggabungkannya menjadi satu laporan audit.
Audit Lingkungan (Environmental)
Audit ini sangat jarang dilakukan di sebuah pabrik kayu, kecuali kebutuhan khusus dari pembeli. Audit lingkungan lebih lazim dilakukan pada pabrik makanan dan kosmetik. atau jika aktifitas pabrik sangat besar pengaruhnya terhadap lingkungan. Misalnya pabrik tekstil, pabrik cat, atau pabrik pengolah barang bekas. Topik audit akan lebih mengutamakan keseluruhan dampak aktifitas produksi terhadap lingkungan, misalnya polusi udara, kontaminasi tanah, polusi suara, dan penanganan limbah air dan bahan berbahaya dari pabrik.
Audit Kayu (Wood Audit)
Salah satu contoh audit kayu adalah ketika sebuah pabrik pengolah kayu (furniture atau papan buatan) ingin memiliki sertifikat FSC (Forest Stewardship Council). Seluruh aktifitas distribusi kayu yang dilakukan pabrik tersebut akan diperiksa dan manajemen pabrik mesti melalui beberapa pemeriksaan baik dari segi pembelian bahan baku, organisasi komponen di dalam pabrik, hingga ketika barang jadi keluar dari pabrik.
Intinya audit kayu (FSC misalnya) bertujuan untuk memastikan rantai distribusi kayu dari bahan baku ke barang jadi tidak terputus dan mudah dilacak.
Tujuannya adalah untuk mengenal lebih detil situasi di pabrik kayu di dalam kapasitas dan kemampuannya untuk memproduksi barang yang akan dibeli, baik dari segi finansial, kemampuan teknis, legalitas pabrik, kesehatan & keselamatan pekerja, hingga keseriusan pabrik kayu dalam hal kepedulian lingkungan di sekitarnya. Audit bisa saja dilakukan oleh tim kerja peritel atau auditor pihak ketiga yang memiliki pengetahuan dan pengalaman tertentu. Audit dilaksanakan dalam beberapa tahap atau pada waktu yang berbeda sesuai jenis pemeriksaan yang akan dilakukan. Prioritas utama biasanya meliput audit teknis yang baru kemudian dilanjutkan dengan audit sosial atau lingkungan, tergantung dari kebutuhan peritel.
Audit Teknis (Technical Audit)
Fokus pada kemampuan teknis sebuah pabrik, luas tanah atau bangunan produksi, jenis peralatan dan mesin yang tersedia, kemajuan teknologi yang digunakan, pengalaman para pekerja dalam proses produksi, kualitas barang produksi, perawatan mesin-mesin, dan aspek teknis lainnya yang berakibat langsung terhadap kualitas barang.
Audit Sosial (Social Condition)
Auditor akan fokus melakukan pemeriksaan kondisi sosial terutama para buruh dan karyawan di dalam pabrik meliputi manajemen SDM, tata cara pembayaran gaji dan uang lembur, kebebasan berpendapat atau serikat pekerja, keselamatan kerja di dalam lingkungan pabrik, pemeliharaan kesehatan para karyawan termasuk tata cara pencegahannya, asrama karyawan (jika tersedia), dan lainnya.
Dua jenis audit di atas adalah permintaan minimal dari para peritel. Beberapa perusahaan, terutama skala menengah ke bawah biasanya akan menggabungkannya menjadi satu laporan audit.
Audit Lingkungan (Environmental)
Audit ini sangat jarang dilakukan di sebuah pabrik kayu, kecuali kebutuhan khusus dari pembeli. Audit lingkungan lebih lazim dilakukan pada pabrik makanan dan kosmetik. atau jika aktifitas pabrik sangat besar pengaruhnya terhadap lingkungan. Misalnya pabrik tekstil, pabrik cat, atau pabrik pengolah barang bekas. Topik audit akan lebih mengutamakan keseluruhan dampak aktifitas produksi terhadap lingkungan, misalnya polusi udara, kontaminasi tanah, polusi suara, dan penanganan limbah air dan bahan berbahaya dari pabrik.
Audit Kayu (Wood Audit)
Salah satu contoh audit kayu adalah ketika sebuah pabrik pengolah kayu (furniture atau papan buatan) ingin memiliki sertifikat FSC (Forest Stewardship Council). Seluruh aktifitas distribusi kayu yang dilakukan pabrik tersebut akan diperiksa dan manajemen pabrik mesti melalui beberapa pemeriksaan baik dari segi pembelian bahan baku, organisasi komponen di dalam pabrik, hingga ketika barang jadi keluar dari pabrik.
Intinya audit kayu (FSC misalnya) bertujuan untuk memastikan rantai distribusi kayu dari bahan baku ke barang jadi tidak terputus dan mudah dilacak.